Jual Tanah Kavling Murah Sistem Syariah
100 m2 Harga dibawah 40 Juta
Bonus 2 Bibit Pohon Durian Musangking
Include SHM Selengkapnya KLIK
100 m2 Harga dibawah 40 Juta
Bonus 2 Bibit Pohon Durian Musangking
Include SHM Selengkapnya KLIK
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI) IMAM SYAFI’I
JAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam
sebagaimana dijumpai dalam sejarah, ternyata tidak sesempit seperti yang
dipahami oleh masyarakat Islam sendiri pada umumnya. Dalam sejarah terlihat
bahwa Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah dapat berhubungan
dengan pertumbuhan masyarakat luas. Dari persentuhan tersebut lahirlah berbagai
disiplin ilmu keislaman, salah satunya adalah tasawuf.
Bagi
umat Islam umumnya dan kaum cendekiawan khususnya, adalah panggilan sejarah
untuk terus mengembangkan dan menggali warisan intelektual mereka.
Dari latar belakang masalah di atas,
maka muncul tugas penulis untuk menjelaskan lebih jauh tentang ilmu tasawuf.
Karenanya penulis memberikan batasan
masalah atas perincian bab, yakni:
1. Apa pengertian
tasawuf ?
2. Bagaimana
asal-usul perkembangan tasawuf ? [[1]]
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TASAWUF
Secara etimologi kalimat Tasawuf masuk
dalam “babut-tafaul” dengan wazan tasawwufa, yatasawwufu, tasawwufan.
“tasawwufar-rajulu” yakni seorang laki laki telah berpindah halnya daripada
kehidupan biasa kepada kehidupan shufi.[[2]]
Masih banyak pendapat yang mengemukan asal kata dari kata
tasawuf
a) Ada yang
berpendapat bahwa tasawuf berasal dari kata Suffatul masjid yang artinya
serambi masjid. Pendapat ini dihubungkan dengan kebiasaan orang orang
orang fakir islam yang selalu mengambil tempat di serambi mesjid Madinah
untuk meningkatkan amal dan menyempurnakan batin dan jiwa.
b) Ulama lain
berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shaf yang artinya
barisan dalam shalat. Hal ini dihubungkan dengan kebiasaan orang orang sufi
yang selalu mengambil tempat di barisan (shaf) pertama pada setiap shalat
berjamaah di masjid.
c) Sebagian ulama
lagi berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuf,
artinya bulu domba. Hal ini dihubungkan dengan kebiasaan para sufi masa lalu
yang selalu memakai kain wool (terbuat ari bulu domba) sebagai perlambang
prinsip kehidupan mereka yang mengutamakan kesederhanaan dan menjauhi
kemewahan.
d) Sebagian lagi
berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti
kesucian, hal ini dihubungkan denngan kebiasaan dan prinsip hidup sufi yang
senantiasa ingin suci, jauh dari bentuk yang haram, yang kotor, supaya dapat
lebih dekat dengan sang Pencipta
e) Jirji Zaidan
mengatakan bahwa kata tasawuf dalam bahasa arab berkaitan erat dengan kata shofis
= kebijaksanaan dalam bahasa Yunani. Dan umumnya kaum orientalist mendukung
pendapat Jirji Zaidan ini dengan mengatakan bahwa ilmu tasawuf dalam dunia
islam belum berkembang sebelum dimasuki pengaruh Filsafat Yunani. Tetapi
pendapat Jirji Zaidan ini ditolak oleh Ibrahim Basyuni.[[3]]
Dari berbagai teori di atas, tampak
bisa dipahami bahwa sufi dapat dihubungkan dengan dua aspek, yaitu aspek
lahiriyah dan bathiniyah. Teori yang menghubungkan orang yang menjalani
kehidupan tasawuf dengan orang yang berada di serambi masjid dan bulu domba
merupakan tinjauan aspek lahiriyah dari shufi. Ia dianggap sebagai orang yang
telah meninggalkan dunia dan hasrat jasmani, dan menggunakan benda-benda di
dunia hanya untuk sekedar menghindarkan diri dari kepanasan, kedinginan dan
kelaparan. Sedangkan teori yang melihat sufi sebagai orang yang mendapat
keistimewaan di hadapan Tuhan nampak lebih memberatkan pada aspek bathiniyah.
Tasawuf sebagaimana disebutkan dalam
artinya di atas bertujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari
dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan,
dan intisari dari sufisme itu adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan
dialog antara roh manusia dan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan
berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk
ittihad atau menyatu dengan Tuhan.
Dalam ajaran tasawuf, seorang sufi tidak begitu saja dapat berada dekat dengan Tuhan, melainkan terlebih dahulu ia harus menempuh latihan tertentu. Ia misalnya harus menempuh beberapa maqam (stasiun), yaitu disiplin kerohanian yang ditujukan oleh seorang calon sufi dalam bentuk berbagai pengalaman yang dirasakan dan diperoleh melalui usaha-usaha tertentu.
Mengenai jumlah maqamat yang harus ditempuh oleh para sufi berbeda-beda sesuai dengan pengalaman pribadi yang bersangkutan. Abu Bakar Muhammad al-Kalabadzi misalnya, mengemukakan beberapa mawamat, yaitu : taubat, zuhud, sabar, al-faqr, al-tawadlu’, taqwa, tawakkal, al-ridla, al-mahabbah, al-ma’rifat dan kerelaan hati.
Dalam ajaran tasawuf, seorang sufi tidak begitu saja dapat berada dekat dengan Tuhan, melainkan terlebih dahulu ia harus menempuh latihan tertentu. Ia misalnya harus menempuh beberapa maqam (stasiun), yaitu disiplin kerohanian yang ditujukan oleh seorang calon sufi dalam bentuk berbagai pengalaman yang dirasakan dan diperoleh melalui usaha-usaha tertentu.
Mengenai jumlah maqamat yang harus ditempuh oleh para sufi berbeda-beda sesuai dengan pengalaman pribadi yang bersangkutan. Abu Bakar Muhammad al-Kalabadzi misalnya, mengemukakan beberapa mawamat, yaitu : taubat, zuhud, sabar, al-faqr, al-tawadlu’, taqwa, tawakkal, al-ridla, al-mahabbah, al-ma’rifat dan kerelaan hati.
B. ASAL-USUL TASAWUF
Banyak pendapat yang mengatakan
bahwa tasawuf berasal dari luar yang masuk ke dalam Islam. Sebagian penulis
misalnya ada yang berpendapat bahwa tasawuf berasal dari kebiasaan rahib-rahib
Kristen yang menjauhi dunia dan kesenangan material. Ada pula yang mengatakan
bahwa tasawuf timbul atas pengaruh ajaran Hindu dan disebutkan pula bahwa
ajaran tasawuf berasal dari filsafat Phytagoras dengan ajaran-ajarannya yang
meninggalkan kehidupan material dan memasuki kehidupan kontemplasi. Dikatakan
pula bahwa tasawuf masuk ke dalam Islam karena pengaruh filsafat Plotinus.
Disebutkan bahwa menurut filsafat emanasi Plotinus bahwa roh memancar dari zat
Tuhan dan kemudian akan kembali kepada-Nya. Tetapi dengan masuknya roh ke alam
materi, ia menjadi kotor, dan untuk dapat kembali ke tempat Yang Maha Suci,
terlebih dahulu ia harus disucikan. Tuhan Maha Suci dan Yang Maha Suci tidak
dapat didekati kecuali oleh yang suci, dan pensucian roh ini terjadi dengan
meninggalkan hidup kematerian, dan dengan mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat
mungkin dan kalau bisa hendaknya bersatu dengan Tuhan semasih berada dalam
hidup ini.
Namun demikian, terlepas atau tidak
adanya pengaruh dari luar itu, yang jelas bahwa dalam sumber ajaran Islam,
Al-Qur’an dan hadits terdapat ajaran yang dapat membawa kepada timbulnya
tasawuf. Paham bahwa Tuhan dekat dengan manusia, yang merupakan ajaran dalam
mistisisme ternyata ada di dalam Al-Qur’an dan hadits.
Ayat 186 Surat Al-Baqarah misalnya
menyatakan :
وَاِذَى
سَاَلكَ عِبَادِى عَنِّيْ فَاِنـّيْ قَرِ يْبٌ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ
اِذَادَعَانِ
Artinya :
“Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang diri-Ku. Aku adalah dekat. Aku mengabulkan seruan orang memanggil jika ia panggil Aku” (QS. Al-Baqarah : 186)
Kata دعا yang terdapat dalam ayat di atas oleh sufi diartikan bukan berdoa dalam arti yang lazim dipakai, melainkan dengan arti berseru atau memanggil. Tuhan mereka panggil dan Tuhan memperhatikan diri-Nya kepada mereka.
“Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang diri-Ku. Aku adalah dekat. Aku mengabulkan seruan orang memanggil jika ia panggil Aku” (QS. Al-Baqarah : 186)
Kata دعا yang terdapat dalam ayat di atas oleh sufi diartikan bukan berdoa dalam arti yang lazim dipakai, melainkan dengan arti berseru atau memanggil. Tuhan mereka panggil dan Tuhan memperhatikan diri-Nya kepada mereka.
Ayat 115 juga Surat Al-Baqarah juga
menyatakan :
وَلله
المْشْرِقُ وَالمغَرِبُ فَايَنْمَاَتوَ لوُّا فَثمَّ وَجْهُ الله
“Timur dan Barat kepunyaan Allah,
maka kemana saja kamu berpaling di situ (kamu jumpai) wajah Tuhan”.
Bagi kaum sufi ayat ini mengandung
arti bahwa di mana saja Tuhan ada dan dapat dijumpai.
Selanjutnya dalam hadits dinyatakan :
Selanjutnya dalam hadits dinyatakan :
مَنْ
عَرَ فَ نـَفْسَهُ فَقَدْ عَرَف َالله
“Siapa yang kenal pada dirinya,
pasti kenal kepada Tuhan”
Hadits lain juga mempunyai pengaruh
kepada timbulnya paham tasawuf adalah hadits qudsi yang artinya :
“Aku pada mulanya adalah harta yang
tersembunyi, kemudian Aku ingin kenal, maka Kuciptakanlah makhluk dan mereka
pun kenal pada-Ku melalui diri-Ku”
Menurut hadits ini, bahwa Tuhan
dapat dikenal melalui makhluk-Nya, dan pengetahuan yang lebih tinggi ialah
mengetahui Tuhan melalui diri-Nya.
Tahanuts yang dilakukan Nabi
Muhammad Saw di Gua Hira merupakan cahaya pertama dan utama bagi nur tasawuf,
karena itulah benih pertama bagi kehidupan rohaniah. Di dalam mengingat Allah
serta memuja-Nya di Gua Hira, putuslah ingatan dan tali rasa beliau dengan
segala makhluk lainnya. Di situ pula berawalnya Nabi Muhammad mendapat hidayah,
membersihkan diri dan mensucikan jiwa dari noda-noda penyakit yang menghinggapi
sukma, bahkan sewaktu itu pulalah berpuncaknya kebesaran, kesempurnaan, dan
kemuliaan jiwa Muhammad Saw. dan membedakan beliau dari kebiasaan hidup manusia
biasa.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa selama hayatnya, segenap peri kehidupan beliau menjadi tumpuan masyarakat, karena segala sifat terpuji terhimpun pada dirinya, bahkan beliau merupakan lautan budi yang tidak pernah kering airnya kendatipun diminum oleh semua makhluk yang memerlukan air. Amal ibadah beliau tiada tara bandingannya. Dalam sehari semalam Rasulullah minimal membaca istighfar minimal 70 kali, shalat fardhu, rawatib serta shalat dhuha yang tidak kurang dari delapan rakaat setiap hari. Shalat tahajjud beliau tidak lebih dari sebelas rakaat, dan lama sujudnya sama dengan lamanya sahabat membaca lima puluh ayat. Shalat beliau yang khusuk dan tuma’ninah amat sempurna. Dalam berdoa, perasaan khauf dan raja’ selalu dinampakkan Rasulullah dengan tangis dan sedu sedannya.
Masih banyak lagi amalan Rasulullah yang menunjukkan ketasawufannya. Apa yang dikemukakan di atas dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa amalan tasawuf ternyata sudah dipraktekkan oleh Rasulullah Saw.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa selama hayatnya, segenap peri kehidupan beliau menjadi tumpuan masyarakat, karena segala sifat terpuji terhimpun pada dirinya, bahkan beliau merupakan lautan budi yang tidak pernah kering airnya kendatipun diminum oleh semua makhluk yang memerlukan air. Amal ibadah beliau tiada tara bandingannya. Dalam sehari semalam Rasulullah minimal membaca istighfar minimal 70 kali, shalat fardhu, rawatib serta shalat dhuha yang tidak kurang dari delapan rakaat setiap hari. Shalat tahajjud beliau tidak lebih dari sebelas rakaat, dan lama sujudnya sama dengan lamanya sahabat membaca lima puluh ayat. Shalat beliau yang khusuk dan tuma’ninah amat sempurna. Dalam berdoa, perasaan khauf dan raja’ selalu dinampakkan Rasulullah dengan tangis dan sedu sedannya.
Masih banyak lagi amalan Rasulullah yang menunjukkan ketasawufannya. Apa yang dikemukakan di atas dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa amalan tasawuf ternyata sudah dipraktekkan oleh Rasulullah Saw.
Pola hidup dan kehidupan Rasulullah
yang sangat ideal itu menjadi suri tauladan bagi para sahabatnya, baik bagi
sahabat dekat maupun sahabat yang jauh. Tumpuan perhatian mereka senantiasa
ditujukan untuk mengetahui segala sifat, sikap dan tindakan Rasulullah,
sehingga para sahabat tersebut dapat pula memantulkan cahaya yang mereka terima
kepada orang yang ada di sekitarnya dan generasi selanjutnya. Amalan tasawuf
sebagaimana dipraktekkan oleh Rasulullah itu juga diikuti oleh para sahabatnya.
Abu Bakar Ash-Shiddieq misalnya,
pernah hidup dengan sehelai kain saja. Dalam beribadat kepada Allah Swt.
karena khusu dan tawadhu’nya sampai dari mulutnya tercium bau limpanya, karena
terbakar oleh rasa takut kepada Allah. Pada malam hari ia beribadat dengan
membaca Al-Qur’an sepanjang malam.
Umar bin Khattab dikenal dengan
keadilan dan amanahnya yang luar biasa. Ia pernah berpidato di hadapan orang
banyak, sedangkan di dalam pakaiannya terdapat dua belas tambalan dan dia tidak
memiliki kain yang lainnya.
Usman bin Affan dikenal sebagai
orang yang tekun beribadah dan pemalu, dan meskipun ia juga dikenal sebagai
seorang sahabat yang tekun mencari rezeki, tetapi iapun terkenal sebagai
pemurah, sehingga tidak sedikit kekayaannya digunakan untuk menolong perjuangan
Islam.
Sahabat selanjutnya adalah Ali bin Abi Thalib yang tidak peduli terhadap pakaiannya yang robek dan menjahitnya sendiri.
Sahabat selanjutnya adalah Ali bin Abi Thalib yang tidak peduli terhadap pakaiannya yang robek dan menjahitnya sendiri.
Beberapa tokoh besar dalam sufi
adalah : Rabi’ah al-Adawiyah, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husein bin
Mansur al-Hajjaj, dan Al-Ghazali.
Demikian fakta sejarah berbicara
tentang kehidupan yang dipraktekkan oleh orang-orang yang bertasawuf,
meninggalkan kemegahan dunia dan hanya mengabdikan diri untuk akhiratnya.
C. SUMBER-SUMBER TASAWUF
C. SUMBER-SUMBER TASAWUF
Ada kelompok yg berpendapat bahwa tasawuf berakar dari luar ajaran Islam seperti ; Majusi atau Hindu, Kristen atau Yunani, Atau campuran dari agama-agama tersebut.
1. Taswauf bersumber dari Yunani
Teori ini mengandung banyak
kelemahan serta bertentangan dengan realitas sejarah. Pertama: Tasawuf Islam
telah berkembang sebelum ajaran dan pemikiran agama hindu merasuki masyarakat
muslim. Selain itu, tasawuf Islam lahir sebelum munculnya satu-satunya
referensi tentang akidah agama hindu. Referensi itu adalah sebuah buku yg
ditulis oleh Abu Ar-Raihan Al-Biruni (315H-440H) dengan judul Tahqiq Ma lil
Hindi min Maqulah Maqbulah fil `Aqli Au Marzulah. Kedua: Dari referensi
tersebut Al-Biruni tidak menyebutkan adanya hubungan mempengaruhi dan
dipengaruhi.
Oleh karena itu, tidak ada sandaran
dan landasan historis yg memperkuat tentang teori tersebut yg mengatakan
tasawuf bersumber dari yunani. (Tarikh At-Tashawwuf Al-Islami, lihat juga Dr.
Jamil Muhammad Abul `Ala, At-Tasawwuf Al-Islami Nasy`atuh wa Tathawwuruh)
2. Tasawuf bersumber dari Persia
2. Tasawuf bersumber dari Persia
Sejarah membuktikan adanya hubungan
Arab-Persia. Namun demikian, kita tidak mendapatkan keterangan yg jelas yg
membuktikan adanya transmisi agama majusi dan filsafat Persia dari bangsa
Persia ke bangsa Arab melalui hubungan tadi. Tidak ada argumentasi yg
memungkinkan kita untuk membuat kesimpulan “bahwa tasawuf secara spesifik
adalah salah satu pengaruh dan buah dari hubungan antara bangsa Arab dengan
bangsa Persia”.(AL-Hayah Ar-Ruhiyah fil Islam) Jika ada orang yg mengatakan
bahwa ajaran tasawuf bersumber dari Persia akibat terpengaruhnya para syeikh
sufi pada Persia, maka berarti orang tersebut tidak memahami sejarah, dan
pendapatnya itu bertentangan dengan kaidah ilmiah.
Selain itu, fakta menyatakan
besarnya pengaruh para sufi terhadap para sufi Persia. Sebut saja Muhyiddin
Ibnu Arabi (wafat 638H) Tokoh sufi ini sangat berpengaruh terhadap sejumlah
besar tokoh sufi Persia semisal Al-Iraqi (wafat 686H) dan AL-Kirmani
(wafat 698 H)
3. Tasawuf bersumber dari Filsafat Yunani
3. Tasawuf bersumber dari Filsafat Yunani
Sejarah membuktikan bahwa pemikiran
Arab dan Yunani baru mengalami persinggungan setelah adanya kegiatan
penerjemahan literature-literatur Yunani kuno ke dalam Bahasa Arab. Sementara
Kegiatan penerjemahan ini baru dilakukan setelah tasawuf tumbuh dan berkembang
pesat. Hal ini membuktikan bahwa pada fase-fase pertamanya tasawuf bersih dari pengaruh
yunani.
4. Tasawuf bersumber dari Kristen
4. Tasawuf bersumber dari Kristen
Pendapat para peneliti diatas pun
tidak benar karena para sufi dan zahid yg terpengaruh ajaran Kristen muncul
belakangan, jauh hari setelah kemunculan tasawuf itu sendiri. Anggapan sebagian
orientalis yg mengatakan bahwa pola hidup miskin, sikap zuhud, dan zikir yang
dilakukan para sufi diadaptasi dari Kristen juga salah. Karena banyak sekali
ayat Al-Qur`an dan Sunnah Nabi yg menyeru ummatnya untuk berprilaku zuhud dan
tidak cenderung pada dunia dan kenikmatannya. Banyak pula ayat dan hadits yg
memotivasi umat untuk berzikir. Semua ini menegaskan bahwa praktek sufi
tersebut mempunyai sumber yg orisinil dalam Islam.
Kesimpulannya. Setiap pendapat tentang keterpengaruhan tasawuf oleh unsur diluar Islam tidak tepat dan tidak didukung oleh dikumen atau teks yg diketahui khalayak ramai. Oleh karena itu, maka pendapat tersebut hanya terbatas pada masa paska tahun 1920M. Bahkan, sebagian orang yg berpendapat demikian mulai mencabut pendapatnya (Tarikh At-Thasawwuf Al-Islami).
Akhirnya, para zuhud dan sufi generasi pertama adalah orang-orang yg bersih jiwanya dan cerah hatinya, bersih nuraninya dan mampu menyingkap hakikat. Mereka melakukan seperti apa yg dilakukan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam seperti zuhud, wara`, takwa, dan ibadah berkesinambungan. Keterpengaruhan mereka pada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (bukan pada agama dan filsafat lain) itulah yg mengantarkan mereka menjadi manusia sufi dan zahid.
5. Tasawuf bersumber dari Islam
Kesimpulannya. Setiap pendapat tentang keterpengaruhan tasawuf oleh unsur diluar Islam tidak tepat dan tidak didukung oleh dikumen atau teks yg diketahui khalayak ramai. Oleh karena itu, maka pendapat tersebut hanya terbatas pada masa paska tahun 1920M. Bahkan, sebagian orang yg berpendapat demikian mulai mencabut pendapatnya (Tarikh At-Thasawwuf Al-Islami).
Akhirnya, para zuhud dan sufi generasi pertama adalah orang-orang yg bersih jiwanya dan cerah hatinya, bersih nuraninya dan mampu menyingkap hakikat. Mereka melakukan seperti apa yg dilakukan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam seperti zuhud, wara`, takwa, dan ibadah berkesinambungan. Keterpengaruhan mereka pada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (bukan pada agama dan filsafat lain) itulah yg mengantarkan mereka menjadi manusia sufi dan zahid.
5. Tasawuf bersumber dari Islam
Ada kelompok yang mengatakan bahwa
tasawuf bersumber dari ajaran Islam. Inilah pendapat yang paling benar. Karena,
dasar-dasar akidah dan perilaku tasawuf bersumber dari teks-teks Alqur`an dan
As-Sunnah, dan kehidupan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat
beliau. Para zuhud menyandarkan kegiatan zuhudnya dari sumber-sumber Islam
tersebut, demikian juga para sufi yg menempuh jalan yg lurus.
Dari Al-Quran:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini
melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yg sebenarnya
kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al-`Ankabut:64). Lihat pula
Al-Hadid:20-21 Ali-Imran:191 -
Thaha:130 l-Hujurat:13. Dalam banyak ayatnya, Al-Qur`an memotifasi untuk hidup
zuhud dan mewaspadai sikap cinta dunia dan kemerlapannya. Orang yg membaca
Al-Qur`an secara jeli akan menjumpai ayat-ayat yg membuka pintu zikir,
introspeksi diri, ibadah dan bangun malam bagi para ahli ibadah. Al-Qur`an juga
berbicara tentang muraqabah, taubat, takut (khauf) pada Allah, harapan (raja`)
pada Allah, syukur, tawakal, serta sabar. Al-Qur`an penuh dengan anjuran untuk
mengamalkan sifat terpuji. Maka karena itu, para sufi berupaya memperindah diri
dengan sifat-sifat terpuji. Dan mengambil materi pertamanya dan makanan rohani
mereka dari Kitabullah.
Hadits Qudsi dan Hadits Nabi:
Abuhurairah r.a. berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
Allah Azza Wajalla berfirman, “Aku tergantung pada prasangka hambaKu dan Aku
selalu bersamanya tatkala ia mengingatKu. Jika hambaKu mengingatKu dalam
hatinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diriKu. Dan, jika ia menyebutKu
dihadapan orang banyak, maka Aku akan menyebutnya di hadapan orang banyak yg
lebih baik dari mereka. Jika dia mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat
padanya sehasta. Jika ia mendekat padaKu sehasta maka aku akan mendekat padanya
satu depa. Jika dia padaKu dengan berjalan, maka Aku akan datang padanya
dengan berlari. (H.R. Muslim)
“Bersikap zuhudlah pada dunia,
niscaya Allah akan mencintaimu, Bersikap zuhudlah dari segala apa yg dimiliki manusia,
niscaya manusia akan mencintaimu!.” (H.R. Ibnu Majah)
“Jadilah engkau didunia ini laksana orang asing atau orang yg sedang menyeberang jalan.” (H.R. Al-Bukhari)
Malaikat Jibril bertanya pada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang
“Jadilah engkau didunia ini laksana orang asing atau orang yg sedang menyeberang jalan.” (H.R. Al-Bukhari)
Malaikat Jibril bertanya pada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang
Ihsan Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam menjawab:
“Ihsan adalah engkau menyembah Allah
seakan-akan engkau melihatNya; dan jika engkau tidak melihatNya. Maka
sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. AL-Bukhari) [[4]]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kata tasawuf diambil dari kata
shafa yang berarti bersih. Dinamakan shufi karena hatinya tulus dan bersih di
hadapan Tuhannya. Teori lain mengatakan bahwa kata tersebut diambil dari kata
Shuffah yang berarti serambi Masjid Nabawi di Madinah yang ditempati oleh
sahabat-sahabat Nabi yang miskin dari golongan Muhajirin.
2. Kehidupan Rasulullah Saw. dan
Tahanutsnya di Gua Hira merupakan cahaya pertama dan utama dalam perkembangan
tasawuf selanjutnya
3. Sumber tasawuf :
1. Dari Yunani
2. Dari Persia
3. Dari Kristen
4. Dari Filsafat Yunani
5. Dari Islam
DAFTAR PUSTAKA
http://ahmadsulaimanpai3.blogspot.com/2013/05/makalah-pengembangan-materi-pai-tasawuf.html Posted by Ahkmad Sulaiman
Nasution Jumat, Mei 17, 2013
·
Zahri, Mustafa Kunci Memahami Ilmu Tasawuf 1998.
PT. Bina Ilmu Surabaya,
·
Purba,Hadis Akhlak Tasawuf 2012. Institut Agama
Islam Sumatera Utara : Medan.
http://asepjamaluddin16.blogspot.com/2012/09/makalah-ilmu-tasawuf-pengertian-dan.html
Posted by asep jamaluddin, Published at Tuesday, September 25, 2012
[1]
http://asepjamaluddin16.blogspot.com/2012/09/makalah-ilmu-tasawuf-pengertian-dan.html
Posted by asep jamaluddin, Published at Tuesday, September 25, 2012
[3]
Hadis Purba, Akhlak Tasawuf 2012. Institut Agama
Islam Sumatera Utara : Medan h. 23.
[4]
http://asepjamaluddin16.blogspot.com/2012/09/makalah-ilmu-tasawuf-pengertian-dan.html
Posted by asep jamaluddin, Published at Tuesday, September 25, 2012
No comments:
Post a Comment