Jual Tanah Kavling Murah Sistem Syariah
100 m2 Harga dibawah 40 Juta
Bonus 2 Bibit Pohon Durian Musangking
Include SHM Selengkapnya KLIK
100 m2 Harga dibawah 40 Juta
Bonus 2 Bibit Pohon Durian Musangking
Include SHM Selengkapnya KLIK
Disusun Oleh : Awang Setiawan
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr.Wb
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkah, rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan revisi makalah Tafsir Tarbawi
yang berjudul “Subjek Pendidikan dalam Al-Qur’an ” ini dengan baik. Shalawat
serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang menuntun umat
dari alam gelap gulita menuju alam terang benderang.
Saya
sangat berterima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah ini, karena telah
mempercayakan makalah ini untuk saya revisi sehingga dapat menambah pengetahuan
kami dalam hal subjek pendidikan. Adapun isi dari makalah yang Saya
buat ini dikutip dari beberapa buku ataupun juga situs-situs internet yang
berhubungan dengan pembahasan materi makalah ini. Namun,
Saya sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, Saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna
memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari makalah ini. Mudah-mudahan makalah
ini dapat bermanfaat dan dapat kita laksanakan dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb
Jakarta, 9
Mei 2014
Penyusun
Awang
Setiawan
DAFTAR
ISI
Hal
KATA
PENGANTAR.............................................................................................
|
1
|
|
DAFTAR ISI............................................................................................................
|
2
|
|
BAB I
|
PENDAHULUAN……………………………….............................
|
3
|
A. LATAR
BELAKANG……………………............................
B. RUMUSAN
MASALAH…………........................................
C. TUJUAN
PENULISAN……………………..........................
|
3
3
3
|
|
BAB II
|
SUBJEK PENDIDIKAN
DALAM AL-QUR’AN..........................
|
4
|
A. PENGERTIAN
SUBJEK PENDIDIKAN…………………..
B. SUBJEK
PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN.................
1. QS.
AR-RAHMAN : 1-4....................................……….
2. QS.AL-KAHFI
: 66....................................................….
3. QS.
AN-NAHL : 43-44....................................................
4. QS.
AN-NAJM : 5-6........................................................
|
4
4
5
7
8
12
|
|
BAB III
|
PENUTUP……………………………………….............................
|
16
|
A. KESIMPULAN……………………………...........................
|
16
|
|
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………..................................
|
17
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kita
sebagai umat beragama, Islam, tentunya mempunyai pedoman hidup sesuai perintah
Allah SWT yaitu Al-Qur’an. Dalam pedoman tersebut terdapat aturan-aturan yang
harus kita laksanakan dan larangan-larangan yang harus kita tinggalkan.
Al-qur’an adalah sumber hukum islam yang pertama bagi umat muslim.
Kehidupan
kita tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kita umat
Islam. Sebagai seorang calon pendidik, tentunya kita diharapkan menjadi seorang
pendidik yang profesional. Dalam Al –Qur’an telah dijelaskan bagaimana menjadi
guru yang baik dan profeional. Dengan demikian kita akan dapat bersikap dan
bertingkah laku sesuai dengan ajaran islam. Selain kita mendapatkan rizqi kita
juga akan mendapatkan berkah dan ridhonya dari Allah SWT. Pada bab selanjutnya
akan dibahas lebih detail tentang subjek pendidikan menurut Al-Qur’an.
B. RUMUSAN
MASALAH
Tafsir
adalah Ilmu yang mempelajari penjabaran tentang makna dan kandungan Al-Qur’an
dan merupakan salah satu pembelajaran yang kita perlukan dalam memahami isi
Al-Qur’an. Ilmu ini bertujuan agar kita tidak melakukan kesalahan dalam
melaksanakan perintah Allah serta menjauhi larangannya. Untuk
membatasi pembahasan dalam tulisan yang sederhana ini sekaligus untuk
menyamakan pola pikir kita, maka dalam tulisan ini dirumuskan permasalahan –
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa
pengertian subjek pendidikan?
2. Bagaimana
pandangan Al-Qur’an terhadap subjek pendidikan?
C. TUJUAN
PENULIASAN
Tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Memenuhi
tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi.
2. Memberikan
referensi dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang subjek pendidikan
dalam Al-Qur’an.
BAB
II
SUBJEK
PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
A. PENGERTIAN
SUBJEK PENDIDIKAN
Subjek
pendidikan sangat berpengaruh sekali kepada keberhasilan atau gagalnya
pendidikan. Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok
yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang
diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek
pendidikan. Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli
pendidikan adalah Orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun
non formal dan lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama ( tarbiyatul
awwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua).
Sebagai seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia
adalah Allah yang kedua adalah Rasulullah.[[1]] Sebagaimana
dapat kita lihat dalam surat al-‘Alaq : 4-5.
الَّذِي
عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ
الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya[[2]]
Dari
penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa subjek pendidikan adalah
seseorang atau sesuatu yang telah mengajarkan kita ilmu. Seseorang ini bukan
hanya seorang guru tapi siapapun atau apapun yang dapat mengajari kita.
Pendidikan yang pertama kali terjadi dalam ruang lingkup yang sangat sederhana
yaitu keluarga. Subjek pendidikannya adalah orang tua, terutama ibu. Kita dapat
memperoleh ilmu dari mana saja, seperti lingkungan, masyarakat, alam, dan semua
ciptaan Allah SWT.
B. SUBJEK
PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
Al-Qur’an
memuat segala hal untuk mengatur hidup kita, termasuk masalah pendidikan. Dalam
pendidikan tentunya ada yang namanya subjek pendidikan. Dalam bahasan di bawah
ini akan diuraikan beberapa dalil tentang subjek pendidikan dalam Al- Qur’an,
di antaranya:
1. QS.
Ar – Rahman : 1 – 4
ٲﻟرَﺣ۟ﻤٰﻦُ
۱ ﻋَﻠَّﻢَٲﻟ۟ﻘُﺮ۟ءَانَ
٢ ﺧَﻠَﻖَٲﻹِ۟ﻧ۟ﺴٰﻦَ ٣ ﻋَﻠَّﻤَﻪُٲﻟَ۟ﺒَﻴَﺎنَ ٤
(Allah) yang Maha Pengasih. Yang telah
mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.
a. Penjelasan
Firman
Allah SWT ٲﻟرَﺣ۟ﻤٰﻦُ (Allah)
yang Maha Pengasih ﻋَﻠَّﻢَٲﻟ۟ﻘُﺮ۟ءَانَ Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.
Maksudnya yaitu yang telah mengajarkan kepada Nabi-Nya hingga dia dapat
menyampaikan kepada seluruh manusia. Surah ini diturunkan ketika orang-orang
bertanya, “ apa ٲﻟرَﺣ۟ﻤٰﻦُ itu?”.
Ada juga yang mengatakan bahwa surah ini turun sebagai bantahan atas penduduk
Makkah ketika mereka berkata, “Sesungguhnya yang mengajarinya (Muhammad) adalah
manusia, yaitu orang Yamamah Yang bernama Rahman.” Yang mereka maksudkan adalah
Musailamah Al Kadzdzab (si pembohong). Allah SWT pun menurunkan
firman-Nya, ٲﻟرَﺣ۟ﻤٰﻦُ ﻋَﻠَّﻢَٲﻟ۟ﻘُﺮ۟ءَانَ (Allah) yang Maha Pengasih. Yang telah
mengajarkan Al-Qur’an.”[[3]]
Az-Zajjaj
berkata, “makna firman Allah SWT ﻋَﻠَّﻢَٲﻟ۟ﻘُﺮ۟ءَانَ adalah Dia memudahkan Al-Qur’an
untuk diingat dan dibaca.
Sebagaimana
Dia berfirman, ﻮَﻟَﻘَﺪ۟ﻳَﺴَّﺮ۟ﻧَﺎٲﻟ۟ﻘُﺮ۟ءَانَﻟِﻠﺬِّﻜ۟ﺮِ “dan sesungguhnyatelah kami
mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran”.[[4]]
Firman
Allah SWT, ﺧَﻠَﻖَٲﻹِ۟ﻧ۟ﺴٰﻦَ “Dia
menciptakan manusia”. Ibnu Abbas RA,Qatadah dan Hasan
berkata,”maksudnya adalah Adam”.
Firman
Allah, ﻋَﻠَّﻤَﻪُٲﻟَ۟ﺒَﻴَﺎنَ “Mengajarnya pandai berbicara” maksudnya
mengajarkan nama-nama segala sesuatu. Ada juga yang mengatakan bahwa maksudnya
adalah mengajarkan bahasa seluruhnya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA juga dan
Ibnu Kaisan bahwa maksud ﻹِ۟ﻧ۟ﺴٰﻦَ disini adalah Muhammad SAW dan
maksud ٲﻟَ۟ﺒَﻴَﺎن adalah
kejelasan yang halal dan yang haram dan petunjuk dari kesesatan.
Ada
lagi yang mengatakan bahwa maksud ﻹِ۟ﻧ۟ﺴٰﻦَ adalah seluruh manusia. Artinya
itu adalah nama bagi jenis, sementara maksud ﻟَ۟ﺒَﻴَﺎن berdasarkan pendapat ini adalah bicara dan paham. Ini
termasuk hal yang menjadikan manusia lebih utama dari seluruh makhluk hidup.[[5]]
b. Nilai
Pendidikan
Dari
surat Ar-Rahman ayat 1-4 kita dapat mengetahui beberapa nilai pendidikan yang
terkandung di dalamnya, yaitu dikatakan bahwa Allah telah mengajarkan Al-Qur’an
kepada manusia, sehingga manusia tersebut menjadi pandai dalam berbicara,
maksudnya, ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada manusia itu
bertujuan untuk memberi pedoman kepada manusia agar manusia itu dapat memahami
isi serta maknanya, sehingga manusia dapat bertingkah laku yang sesuai dengan
pedomannya yaitu Al-Qur’an.
Dalam
kegiatan pembelajaran kita dapat mengartikan seorang guru yang mengajarkan
suatu ilmu kepada muridnya agar dapat dipahami apa yang diberikan oleh gurunya
tersebut. Sehingga ketika seorang guru memberikan evaluasi kepada muridnya
tentang pelajaran yang telah diberikan tersebut, maka muridnyapun akan dapat
menjawab dan mengerjakannya dengan baik dan benar. Sehingga murid tersebut
menjadi pandai dengan ilmu yang telah diberikan oleh gurunya.
2. QS.
An – Najm : 5 – 6
ﻋَﻠَّﻪُ ﻤَﺷَﺪِﻳ۟ﺪُ اﻟ۟ﻘُﻮَﻰ٥
ذُو۟ﻣِﺮَّةٍۗﻓَﺴ۟ﺘَﻮَی٦
Yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai keteguhan,
maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan
perkasa).
a. Penjelasan
Surat
An-Najm ayat 5-6 menjelaskan bahwa yang menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad
SAW. adalah malaikat Jibril yang mana diberi potensi aqliyah yang
sempurna. Kemudian dia (Jibril) juga menampakkan diri dengan rupa yang asli dan
tampl sempurna. Dan dalam surat ini juga menjelaskan bahwa subjek pendidikan
adalah malaikat Jibril yang mana punya potensi yang kuat dalam menerima
wahyu-wahyu Allah untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.[[6]]
Pada
surat An-Najm ayat 5-6 ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja
yang berkompeten menjadi subjek pendidikan, yakni seperti yang tersurat dalam
ayat ini adalah seperti halnya seorang malaikat Jibril yang mana beliau
digambarkan sebagai berikut :
Sangat
kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu memecahkan
masalah.
Mempunyai
akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah memiliki akal yang mumpuni
dalam mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai subyek pendidikan.
Menampakkan
dengan rupanya yang asli, yakni seorang subyek pendidikan hendaklah bersikap
wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik dirinya maupun apa yang
dilakoninya dalam bidangnya.[[7]]
b. Nilai
Pendidikan
Berdasarkan
penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sebagai subjek pendidikan kita
harus:
Dapat
menjadi model dan teladan bagi murid-murid kelak.
Menguasai
materi yang akan diajarkan.
Bersikap
sewajarnya seorang guru tanpa ada sesuatu yang menyimpang.
3. QS.
An – Nahl : 41 – 43
وَٲﻟََّﺬِﻳ۟ﻦَﻫَﺎﺟَﺮُوٲﻓِﻰٲﷲِﻣِﻨ۟ﺒَﻌ۟ﺪِﻣَﺎﻇُﻠِﻤُﻮ۟ٲﻟَﻨُﺒَﻮِّﺋَﻨَّﻬُﻢ۟ﻓِﻰﻟﺪُّﻧ۟ﻴَﺎﺣَﺴَﻨَﺔًۖوَﻷََﺟ۟ﺮُٲﻷَ۟ﺧِﺮَۃِأَﻛ۟ﺒَﺮُۚﻟَﻮ۟ﻛََﺎﻧﻧُﻮ۟ٲﻳَﻌ۟ﻠَﻤُﻮنَ٤١
ٲﻟَّﺬِﻳ۟ﻦﺻَﺒَﺮُ۟و۟ٲوَﻋَﻞَٰرَﺑِّﻬِﻢ۟ﻳَﺘَﻮََﻛَّﻠُﻮ۟نَ٤٢
وَﻣَﺎأَر۟ﺳَﻠ۟ﻨَﺎﻣِﻦ۟ﻗَﺒ۟ﻠِﻚَإِﻻَّرِﺟَﺎﻻًﻧُّﻮ۟ﺣِﻰۤإِﻟَﻴ۟ﻬِﻢ۟ۚﻓَﺴ۟ﺌَﻠُﻮ۟ۤﭑأَﻫ۟ﻞَﭑﻟﺬِّﻛ۟ﺮِإِن۟ﻛُﻨ۟ﺘُﻢ۟ﻻَﺗَﻌ۟ﻠَﻤُﻮ۟نَ٤٣
Dan
orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan
memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti
lebih besar, sekiranya mereka mengetahui. (yaitu) orang yang sabar dan hanya
kepada Allah mereka bertawakal. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau
(Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
a. Penjelasan
Firman-Nya: وَٲﻟََّﺬِﻳ۟ﻦَﻫَﺎﺟَﺮُوٲﻓِﻰٲﷲِﻣِﻨ۟ﺒَﻌ۟ﺪِﻣَﺎﻇُﻠِﻤُﻮ۟ٲﻟَﻨُﺒَﻮِّﺋَﻨَّﻬُﻢ۟ﻓِﻰﻟﺪُّﻧ۟ﻴَﺎﺣَﺴَﻨَﺔً(Dan orang yang berhijrah karena Allah
setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada
mereka di dunia). Maksudnya adalah Allah SWT
berfirman, “orang-orang yang meninggalkan kaum mereka,rumah mereka, dan negeri
mereka karena memusuhi mereka di jalan Allah(hijrah) menuju kaum, rumah, dan
negeri lain...”. Lafadz ِﻣِﻨ۟ﺒَﻌ۟ﺪِﻣَﺎﻇُﻠِﻤُﻮ ”pasti kami akan memberikan
tempat yang bagus kepada mereka di dunia”, maksudnya adalah Kami pasti
menempatkan mereka di dunia ditempat yang baik dan mereka sukai.[[8]] Kata ۟ٲﻟَﻨُﺒَﻮِّﺋَﻨَّﻬُﻢ۟“kami pasti memberikan kediaman
bagi mereka”[[9]]
Bisyr
menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan kepada kami, sa’id
menceritaka kepada kami dari Qatadah tentang
firman
Allah وَٲﻟََّﺬِﻳ۟ﻦَﻫَﺎﺟَﺮُوٲﻓِﻰٲﷲِﻣِﻨ۟ﺒَﻌ۟ﺪِﻣَﺎﻇُﻠِﻤُﻮ۟(Dan orang yang berhijrah karena Allah
setelah mereka dizalimi) ia berkata, “mereka adalah para
sahabat Muhammad SAW yang di aniaya oleh penduduk Makkah dan diusir, hingga
satu kelompok diantara mereka hijrah ke Habsyah. Kemudian sesudah itu Allah
menyediakan bagi mereka tempat di Madinah dan menjadika sebagai negeri hijrah,
serta memberi mereka para penolongorang-orang mukmin”. Pendapat yang paling
mendekati kebenaran adalah yang mengatakan bahwa makna ٲﻟَﻨُﺒَﻮِّﺋَﻨَّﻬُﻢ۟ adalah,
kami pasti memberi tempat kepada mereka, karena kata ini dalam bahasa Arab
berarti mendiami suatu tempat. Sebagaimana firman Allahﻮَﻟََﻘَﺪ۟ﺑﻮَّأ۟ﻧَﺎﺑَﻨِﻰإِﺳ۟ﺮٰۤءﻳ۟ﻞَﻣُﺒَﻮَّأَﺻِﺪ۟ق”dan sesungguhnya Kami telah
menempatkan bani Isra’il di tempat kediaman yang bagus.”[[10]]
Frman
Allah: ٲﻟَّﺬِﻳ۟ﻦﺻَﺒَﺮُ۟و۟ٲوَﻋَﻞَٰرَﺑِّﻬِﻢ۟ﻳَﺘَﻮََﻛَّﻠُﻮ۟ن٤٢“(yaitu) orang yang sabar dan
hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal”. Maksud firman tersebut ialah
Allah SWT berfirman, “mereka yang kami sebutkan sifat-sifatnya dan Kami beri
pahala--- yang Kami paparkan itu adalah orang-orang yang sabar di jalan Allah
atas semua kejadian yang menimpa mereka di dunia. Hanya kepada Allah mereka
percaya dalam menjalankan perkara-perkara mereka, dan hanya kepada Allah mereka
bersandar dalam menghadapi berbagai kesulitan.
Firman
Allah وَﻣَﺎأَر۟ﺳَﻠ۟ﻨَﺎﻣِﻦ۟ﻗَﺒ۟ﻠِﻚَإِﻻَّرِﺟَﺎﻻًﻧُّﻮ۟ﺣِﻰۤإِﻟَﻴ۟ﻬِﻢ۟ۚﻓَﺴ۟ﺌَﻠُﻮ۟ۤﭑأَﻫ۟ﻞَﭑﻟﺬِّﻛ۟ﺮِإِن۟ﻛُﻨ۟ﺘُﻢ۟ﻻَﺗَﻌ۟ﻠَﻤُﻮ۟نَ “(Dan Kami tidak mengutus sebelum
engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada
mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui”. Maksud firman tersebut ialah Allah berfirman kepada
Nabi Muhammad SAW, “Kami tidak mengutus sebelummu,wahai Muhammad, kepada suatu
kaum untuk mengajak mereka mengesakan Kami dan mematuhi perintah serta larangan
kami, melainkan beberapa orang laki-laki dari anak Adam yang kami beri wahyu,
bukan malaikat. Tegasnya, Kami tidak mengutus Rasul kepada kaummu melainkan
seperti Rasul yang Kami utus kepada umat-umat sebelum mereka, yaitu dari jenis
mereka. ﻓَﺴ۟ﺌَﻠُﻮ۟ۤﭑأَﻫ۟ﻞَﭑﻟﺬِّﻛ۟ﺮ “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan”. Disini Allah berfirman kepada orang-orang musyrik
Quraisy, “jika kalian tidak mengetahui bahwa orang-orang yang kami utus kepada
umat-umat sebelum kalian itu adalah laki-laki dari anak Adam, seperti Muhammad,
tetapi kalian mengatakan bahwa mereka adalah malaikat, kalian mengira Allah
berbicara kepada mereka melalui para malaikat, maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan, yaitu yang membaca kitab-kitab sebelum mereka
(taurat dan Injil) serta kitab-kitab Allah lainnya yang diturunkan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya.”[[11]]
b. Nilai
Pendidikan
Berdasarkan
penjelasan di atas dalam surah An-Nahl ayat 41-43 ada beberapa nilai pendidikan
yang terkandung di dalamnya diantaranya:
1. Dalam
dunia pendidikan kita dituntut untuk berusaha mencari tahu apa yang kita
pelajari, sehingga kita dapat memahami hal tersebut. Dalam surah ini
menjelaskan bahwa kita diperintahkan untuk bertanya kepada orang yang lebih
tahu atau lebih pintar dari diri kita, dengan demikian kita akan dapat memahami
sebuah ilmu tidak hanya dengan pemahaman sepihak dari diri kira sendiri,
melainkan penjelasan atau pemaparan yang kita dapatkan dari orang lain. Orang
lain tersebut bisa kita jadikan sebagai guru, dan guru itulah yang berperan
sebagai subjek pendidikan, karena gurulah yang akan memberi pemahaman kepada
kita tentang suatu hal yang tidak kita ketahui.
2. Dalam
surah ini juga mengajarkan kita untuk bersabar, termasuk dalam hal pendidikan
yaitu kita bersabar dalam menuntut ilmu. Menuntut ilmu itu tidak membutuhkan
waktu yang sebentar, melainkan dalam waktu yang lama karena semua itu ada
prosesnya. Oleh karena itu, kita diajarkan untuk bersabar dalam menuntut ilmu.
4. QS.
Al – Kahfi : 66
ﻗَﺎلَﻟَﻪُﻣُﻮ۟ﺳَﻰﻫَﻞ۟أَﺗَّﺒِﻌُﻚَﻋَﻞَأَن۟ﺗُﻌَﻠِّﻤَﻦِﻣِﻤَّﺎﻋُﻠّﻤ۟ﺖّرُﺷ۟ﺪً٦٦
Musa
berkata kepadanya, “bolehkah aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku
sebagian dari apa yang telah diajarkan kepadamu untuk menjadi petunjuk?”
a. Penjelasan
Kata
(أَﺗَّﺒِﻌُﻚ ) attabi’uka asalnya
adalah ( اَﺗ۟ﺒَﻌُﻚ ) atba’uka dari
kata ( ﺗَﺒِﻊَ ) tabi’ayakni mengikuti.
Penambahan huruf ( ﺗ ) ta’ pada kata attabi’uka mengandung
maknakesungguhan dalam upaya mengikuti itu. Memang demikianlah
seharusnya seorang pelajar, harus bertekad untuk bersungguh – sungguh
mencurahkan perhatian bahkan tenaganya, terhadap apa yang akan dipelajarinya.[[12]]
Berdasarklan
penjelasan di atas, maka kami menyimpulkan bahwa dalam menuntut ilmu tidak
boleh setengah – setengah, karena jika kita melakukannya dengan setengah hati,
maka hasil yang diperoleh pun tidak maksimal.
Dalam
Buku Tafsir Al Qurthubi yang diterbitkan oleh Pustaka Azzam, ayat ini memuat 2
masalah, yaitu :
Pertama :
Firman Allah SWT, ﻗَﺎلَﻟَﻪُﻣُﻮ۟ﺳَﻰﻫَﻞ۟أَﺗَّﺒِﻌُﻚ “Musa berkata kepada
Khidhir, ‘Bolehkah aku mengikutimu?’.” Ini adalah pernyataan / permintaan
yang lembut dan halus namun mengandung arti yang sangat dalam lagi beretika
luhur. Maknanya: Apakah engkau rela dan tidak keberatan.[[13]]
Sedangkan
dalam Tafsir Al – Mishbah karangan M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ucapan
Nabi Musa as. ini sungguh sangat halus. Beliau tidak menuntut untuk diajar
tetapi permintaannya diajukan dalam bentuk pertanyaan, “Bolehkah aku
mengikutimu?”. Selanjutnya beliau menamai pengajaran yang diharapkannya itu
sebagai ikutan yakni beliau menjadikan diri beliau sebagai
pengikut dan pelajar. Beliau juga menggarisbawahi kegunaan pengajaran itu untuk
dirinya secara pribadi yakni untuk menjadi petunjuk baginya.
Di sisis lain, beliau mengisyaratkan keluasan ilmu hamba yang saleh itu
ssehngga Nabi Musa as. hanya mengharap kiranya dia mengajarkan sebagian
dari apa yang telah diajarkan kepadanya.[[14]]
Kita
dapat menyimpulkan dari 2 sumber di atas bahwa Nabi Musa as. adalah orang yang
sangat halus dan sopan. Ia tidak memaksakan kehendaknya begitu saja kepada
hamba Allah itu, tetapi ia memintanya dengan sopan dan bertanya “Bolehkah aku
mengikutimu?”.
Kedua :
Ayat ini menunjukkan, bahwa murid mengikuti guru walaupun tingkatnya terpaut
jauh, dan dalam kasus belajarnya Musa kepada Khidhir tidak ada hal yang
menunjukkan bahwa Khidhir lebih mulia daripada Musa, karena adakalanya orang
yang lebih mulia tidak mengetahui hal yang diketahui oleh orang yang tidak
lebih mulia, sebab kemuliaan itu adalah bagi yang dimuliakan Allah.[15]
Hal
ini menerangkan kepada kita bahwa orang yang berilmu belum tentu lebih mulia
daripada kita yang ilmunya masih kurang. Tetapi kita tetap diwajibkan untuk
menuntut ilmu, walaupun orang itu belum tentu lebih mulia dari kita, karena
sebenarnya tidak ada yang mengetahui kemuliaan seseorang selain Allah SWT.
b. Nilai
Pendidikan
Pada
ayat ini, kita dapat mengambil beberapa nila-nilai pendidikan, yaitu:
1. Pendidikan
bukan hanya dari orang tua kita, tetapi juga orang lain, seperti guru, dosen,
pelatih, teman dan masyarakat. Seperti dalam surat diatas yang mencontohkan
bagaimana Nabi Musa belajar kepada Khaidir.
2. Saat
berbicara atau berlaku terhadap seorang pendidik haruslah menghormati dan
bersikap sopan kepadanya.
3. Menganggap
bahwa pendidik lebih tahu dari pada diri kita.
4. Belajarlah
dengan sungguh-sungguh, maka kita akan berhasil.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kita
dapat menyimpulkan dari pembahasan di depan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat
ayat-ayat yang mengandung makna pendidikan, terutama subjek pendidikan.
Beberapa simpulan yang dapat kita ambil, yaitu:
1. QS.
Ar- Rahman : 1-4 menjelaskan bahwa Allah adalah subjek pendidikan yang
mengajarkan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Ayat ini mengajarkan kita
untuk menjadi seorang pendidik yang profesional, yaitu menstranfer semua ilmu
yang ada hingga objek pendidikan paham dan pandai.
2. QS.
An- Najm : 5-6 menjelaskan bahwa malaikat Jibril adalah subjek pendidikan. Ayat
tersebut menjelaskan ciri-ciri seorang pendidik yang berkompeten, tidak hanya
baik dalam hal penguasaan materi tapi juga sikap dan penampilan.
3. QS.
An- Nahl : 41-43 memerintah kita untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu.
Kita juga diajarkan untuk bersabar dalam pendidikan, baik dalam proses menuntut
ilmu maupun mengajarkan ilmu kita.
4. QS.
Al- Kahfi : 66 menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Khidir adalah subjek
pendidikan. Kita dianjurkan untuk berlaku sopan kepada guru. Kita juga
diperintahkan untuk mencari ilmu tidak hanya di sekolah,
tapi dimanapun.
Sungguh
sempurna kitab Allah, Al-Qur’an, yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Sehingga kita dapat membenahi diri agar apa yang kita lakukan sesuai dengan
petunjuk Allah, terutama dalam bidang belajar mengajar. Seseorang memahami
suatu ilmu tergantung kepada siapa yang mengajarkan. Oleh karena itu, kita
sebagai calon pendidik harus dengan seksama memahami makna Al-Qur’an, agar
semua yang kita ajarkan sejalan dengan isi dan kandungan ayat Al-Qur’an.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qurthubi, Syaikh Imam.
2009. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Al-Qurthubi , Syaikh Imam.
2008. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta : Pustaka Azzam.
Ar-Rifa’i, Syekh Usamah .
2008. Tafsirul Wajiz. Jakarta : Gema Insani.
Muhammad, Abu
Ja’far bin Jarir Ath-Thabari. 2009. Tafsir Ath-Thabari.
Jakarta : Pustaka Azzam.
Shihab, M. Quraish.
2002. Tafsir Al-Mishbah pesan, kesan dan keserasian Al-Quran.
Jakarta : Lentera Hati.
http://pandidikan
.blogspot.com/2010/04/ayat-tentang-subjek-pendidikan.html?m=1 (diakses 09
Oktober 2012, 06:58)
http://hamdillahversache.blogspot.com/2011/10/kumpulan-tafsir-tarbawi.html?m=1 (diakses
09 Oktober 2012, 07:09)
http://novriyaldi.multiply.com/journal/item/2/SUBJEKPENDIDIKAN?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem (diakses
26 oktober, 21.00)
http://miyu-chocolatestar.blogspot.com/2013/09/tafsir-tarbawi-subjek-pendidikan_27.html
(diakses 27 September 2013)
[1]http://novriyaldi.multiply.com/journal/item/2/SUBJEKPENDIDIKAN?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem (diakses 26 oktober,
21.00)
[4]
(Qs. Al-Qamar[54]:17).
[6]
http://pandidikan
.blogspot.com/2010/04/ayat-tentang-subjek-pendidikan.html?m=1 (diakses 09
Oktober 2012, 06:58)
[8]
Abu Ja’far Muhammad bin
Jarir Ath-Thabari,Tafsir Ath-Thabari,(Jakarta:Pustaka Azzam, 2009),
hal.111
[10]
S. Yunus, [10]:93
[11]
Abu Ja’far Muhammad bin
Jarir Ath-Thabari, op.cit., hal.116
[12] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan
keserasian Al-Quran, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hal. 98
[13]
Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta :
Pustaka Azzam, 2008), hal.
46
[14]
M. Quraish Shihab, op.cit., hal. 98
No comments:
Post a Comment