Makalah Memberdayakan Sendi-sendi Agama

Jual Tanah Kavling Murah Sistem Syariah
100 m2 Harga dibawah 40 Juta 
Bonus 2 Bibit Pohon Durian Musangking

Include SHM Selengkapnya KLIK

Disusun Oleh : Awang Setiawan

BAB I
PENDAHULUAN
Menurut kitab suci agama-agama, manusia, alam semesta dan segala sesuatu adalah hasil ciptaan Allah, hasil ciptaan yang penuh dengan kesempurnaan. Karena kesempurnaan itu manusia mampu berkembang.
Perkembangan tersebut menimbulkan adanya peningkatan kemampuan dan kreatifitas sehingga menjadikan manusia mempunyai keinginan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupanya. Sehingga manusia mempunyai naluri religius yang universal yang disebut dengan kepercayaan dan biasanya disama artikan dengan agama.
Tidak mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena agama bersifat batiniah, subyektif, dan individualistis. Kalau kita membicarakan agama akan dipengaruhi oleh pandangan pribadi, juga dari pandangan agama yang kita anut.
BAB II
PEMBAHASAN
Memberdayakan  Sendi-Sendi Agama
Agama yaitu sebagai kepercayaan yang melekat dalam diri manusia yang mempunyai naluri religius. Agama berhubungan dengan masalah ketuhanan, dimana manusia yang mempercayainya harus menyerahkan diri kepada-Nya, mengabdikan diri sepenuhnya karena manusia mempercayainya
Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasulnya,berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam yang berlangsung dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan merupakan rahmat, hidayat, dan petunjuk dari Allah SWT.[1]

A. Memposisikan Al-qur’an sebagai petunjuk
Nabi Adam As., memiliki ilmu yang begitu luhur, pangkat yang paling tinggi sehingga Malaikat diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepadanya. Nabi Adam juga telah diberikan oleh Allah kebebasan untuk menggunakan segala fasilitas yang ada di surga. Tetapi akhirnya, karena tergoda oleh rayuan iblis, maka dia dan istrinya harus turun ke bumi.
Kisah yang dapat kita baca didalam al-Quran tersebut, menjadi sebuah contoh bagi kita bahwasnya kekayaan yang melimpah, pangkat yang tinggi, ilmu yang luhur tidak akan menjadikan iblis berhenti menggoda manusia supaya lupa kepada Allah. Oleh karena itu kita harus mencari petunjuk.
Petunjuk tersebut tidak lain adalah al-Qur'an. Allah Swt. berfirman :


Artinya : Alif Laam Miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertaqwa.
Apakah kita sudah menjadi orang yang bertaqwa? Jika belum menjadi orang yang bertaqwa, bagaimana mungkin al-Qur'an sebanyak 30 juz tersebut menjadi petunjuk bagi kita. Oleh karena itu carilah orang yang bertaqwa. Dalam ayat selanjutnya Allah menjelaskan ciri-ciri orang yang bertaqwa itu yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezeki yang dianugerahkan Allah, beriman kepada kitab al-Qur'an dan kitab-kitab sebelumnya serta mereka yakin akan kehidupan akhirat.

Jangan salah pilih! Karena Allah menjelaskan pada ayat berikutnya tentang golongan orang Kafir dan golongan orang Munafiq. Alhamdulillah kita telah bertemu dengan pangersa Abah. Dia telah memberikan petunjuk kepada kita melalui amalan Tharekat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah ini. Sehingga jika petunjuknya kita amalkan niscaya petunjuk tersebut akan menjadi rahmat, menjadi penawar, menjadi obat penyembuh penyakit-penyakit hati.
Artinya : Dan Kami turunkan dari al-Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.

Artinya : Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan jadi penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.[2]

B. Islam tegas dalam prinsip, luwes dalam bersikap
Tegas dengan prinsip ialah seorang Islam yang kuat berpegang dengan agamanya yang sentiasa mengamalkan ajarannya. Tegas dengan hukum-hakamnya. Memperkatakannya dengan tidak segan silu.   Memperjuangkannya dengan gigih dan berhikmah di mana saja dia berada, tidak kira di waktu mana, di dalam keadaan apa dan di dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun.
Orang Islam yang tegas dan teguh dengan prinsip
Orang yang tegas dengan prinsip, dia tidak peduli apa orang kata, dia tidak fikir orang. Dia tidak malu-malu atau takut kepada sesiapa. Yang dia fikir, dia dengan Tuhannya.  Kerana Islam itu benar-benar menjadi pegangan hidupnya, diyakini dan dihayati. Telah jadi mendarah mendaging.   Telah sebati dan menjadi tabiat dirinya. Ia rasa Islam adalah hidup matinya hingga menjadi cita-cita perjuangannya. Kalau ada amalan-amalan Islam itu terlupa ia mengamalkannya, terlalu amat kesal dirasakannya dan tersangat tersinggung kalau ada orang yang menentang dan menghina agamanya[3]

C. Makna pemberdayaan dalam sholat
Hakikat kehidupan manusia bukanlah kehidupan biologis semata, sebagaimana halnya kehidupan binatang, tetapi merupakan hidupnya hati seseorang dengan cahaya iman dan makrifat kepada Allah SWT serta dengan akidah tauhid yang suci dan bersih. Sebaik-baik manusia adalah orang yang hidup untuk mempersiapkan kematiannya, karena dunia ini hanyalah titipan belaka yang bersifat sementara, sebagaimana tujuan diciptakan manusia itu sendiri.
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” .” (QS Adz-Dzaariyaat 56).

Di dalam Alquran surat Al-Anfaal ayat 24, Allah SWT juga mengatakan,
                                                           
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[605], ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya[606] dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.
yang memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya yang menyeru kepada iman, maka jiwa dan hatinya menjadi hidup. Dengannya pula dipersiapkan kehidupan yang abadi di akherat kelak. Yang salah satunya dengan ibadah salat karena salat adalah kuncinya surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Salat adalah tiang agama. Ibadah salat ialah amalan pertama yang dihisab oleh malaikat. Beruntunglah orang-orang yang mendirikannya. “ ... Aqimusshalah, innasshalata tanha ‘anilfahsya iwal mungkar ... (Dirikanlah salat! Sesungguhnya salat itu menghalangi perbuatan keji dan mungkar).”[4]

D. Membumikan syariat islam
Syariat Islam adalah aturan-aturan Ilahi untuk manusia. Ia membimbing manusia menuju keselamatan dan kebahagiaan. Fakta sejarah menunjukkan bahwa penerapan syariat pada masa awal Islam berhasil mengubah tatanan masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Muslim yang beradab: sebuah masyarakat yang setiap individunya mendapatkan hak-hak yang adil dan merata. Syariat Islam berhasil membawa umat kepada kemajuan dan kesejahteraan karena memiliki karakteristik yang teistis (rabbaniyyah), etis (akhlaqiyyah), realistis (waqi'iyyah), humanistis (insaniyyah), sistematis (tanasuqiyyah), dan komprehensif (syumuliyyah). Dengan karakteristik demikian, syariat ini tetap relevan bagi setiap situasi dan kondisi zaman.[5]           
Syariat Islam adalah ketentuan Allah Subhanahu Wata’ala yang secara khusus dihadiahkan untuk seluruh manusia dan kemaslahatan umat manusia, bukan untuk Allah. Karena itu, sudah pasti, syariat Islam itu sangat manusiawi alias humanis ditilik dari sisi dan arah mana pun[6]

BAB III
KESIMPULAN
Kita sebagai umat yang beragama Islam yaitu agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasulnya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam yang berlangsung dari satu generasi ke generasi selanjutnya harus memberdayakan sendi-sendi Agama dengan memposisikan Al-Qur’an sebagai petunjuk sesuai Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 1 dan 2 yang artinya ” Alif Laam Miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertaqwa”. Taqwa yaitu selalu menjalankan perintahnya dan menjauhkan larangannya, menjalankan perintahnya teruatama selalu mendirikan Sholat dan mengamalkan syariat Islam.



DAFTAR PUSTAKA
·         http://www.suryalaya.org/manakib-buletin-isi.php?ID=80 (KH. Moch. Ali Hanafiah Akbar)
·         http://www.goodreads.com/book/show/2614238-membumikan-syariat-islam
·         http://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2012/10/28/2374/membumikan-syariat-islam.html - Di  Poskan tanggal 28 Maret 2014



[1] http://septimartiana.blogspot.com/2013/12/makalah-agamaislamsendi-sendi-dan-ruang.html
[2] http://www.suryalaya.org/manakib-buletin-isi.php?ID=80
[3] http://www.kawansejati.org/content/tegas-dengan-prinsip
[4] http://rustadhiem.blogspot.com/2012/09/menghidupkan-hati-dengan-sholat.html
[5] http://www.goodreads.com/book/show/2614238-membumikan-syariat-islam
[6]http://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2012/10/28/2374/membumikan-syariat-islam.html

No comments:

Post a Comment