Jual Tanah Kavling Murah Sistem Syariah
100 m2 Harga dibawah 40 Juta
Bonus 2 Bibit Pohon Durian Musangking
Include SHM Selengkapnya KLIK
100 m2 Harga dibawah 40 Juta
Bonus 2 Bibit Pohon Durian Musangking
Include SHM Selengkapnya KLIK
Disusun Oleh : Awang Setiawan
BAB I
Pendahuluan
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada
semua jenis dan tingkat pendidikan.
Setiap pendidik harus memahami perkembangan
kurikulum, karena merupakan suatu yang paling penting dalam konteks pendidikan,
dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa
dalam mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial
keagamaan dan lain sebagainya.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik
dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, tekhnik, media
pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu,
dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh
semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, Oleh karena itu, sudah sewajarnya
para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami
kurikulum serta berusaha mengembangkannya.
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian
kurikulum
Pengertian
kurikulum pendidikan agama Islam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum
secara umum, perbedaan hanya terletak pada sumber pelajarannya saja.
Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul Majid dalam bukunya Pembelajaran
Agama islam Berbasis Kompetensi, mengatakan bahwa kurikulum Pendidikan
Agama Islam adalah rumusan tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi
pendidikan dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran agama Islam.[1]
Pendidikan
Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mcengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi
dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[2]
Menurut Zakiyah
Daradjat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.[3]
Dasar Kurikulum Pendidikan
Islam
Pendidikan Islam
megusahakan untuk menginternalisasikan nilai-nilai agama Islam sebagai titik
sentral tujuan dari proses pembelajaran pendidikan Islam itu sendiri. Oleh
karena itu yang menjadi dasar dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam
adalah
1. Dasar agama
Kurikulum pendidikan Islam harus di dasarkan pada Al-Qur’an dan al-Hadist
sebagai sumber utama agama Islam. Ditambah lagi berbagai sumber yang bersifat
furu’.
2. Dasar Falsafah
Dasar ini memberikan pedoman bagi pendidikan Islam secara filosofis
sehingga tujuan, isi dan organisasi kurikulum mengandung suatu kebenaran dan
pandangan hidup dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran
baik di tinjau segi ontologi, epistimologi maupun aksiologi.
3. Dasar Psikologis
Dasar ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yaitu sejalan
dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik, sesuai dengan tahap
kematangan dan bakatnya, memperhatikan kecakapan pemikiran perseorangan antara
peserta didik satu dengan yang lain.
4. Dasar Sosial
Kurikulum ini harus mengakar terhadap masyarakat perubahan dan
perkembangannya, apa saja yang akan di pelajari harus sesuai dengan kebutuhan
dalam masyaraakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Dasar Organisatoris
Dasar ini memberikan landasan dalam penyusunan bahan pembelajaran beserta
penyajiannya dalam proses pembelajaran serta bagaimana bahan pembelajaran itu
disusun.
B. Ciri
–Ciri Kurikulum Pendidikan Islam
a) Ciri-ciri
Kurikulum Pendidikan Islam
Ciri-ciri umum
kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
a.
Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala
yang diajarkan dan di amalkan harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
serta ijtihad para ulama.
b.
Mempertahankan pengembangan dan bimbingan
terhadap semua aspek pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial,
dan spiritual.
c.
Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum
dan pengalaman serta kegiatan pengajaran.
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa
sebagai inti dari ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang
dapat memotivasi siswa untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik
terhadap Tuhan, terhadap diri dan lingkungan sekitarnya.
Menurut
Abdurrahman An-Nahlawi dalam buku Ilmu
pendidikan islam : Dra.Hj.Nur Uhbiyati bahwa
Sistem pendidikan Islam menuntut pengkajian kurikulum yang Islami,
tercermin dari sifat dan karakteristiknya. Kurikulum seperti itu hanya mungkin,
apabila bertopang yang mengacu pada dasar pemikiran yang Islami pula, serta
bertolak dari pandangan hidup serta pandangan tentang manusia/ pandangan
antropologi serta diarahkan kepada tujuan pendidikan yang dilandasi
kaidah-kaidah Islami.
Agar kriteria Kurikulum Pendidikan Islam
tersebut dapat terpenuhi maka dalam penyusunannya supaya selalu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Sistem dan
perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani.
b) Kurikulum
hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam.
c) Pentahapan
serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodisasi peserta didik
maupun unisitas (ke-khas-an)nya.
d) Dalam berbagai
pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nashnya, hendaknya kurikulum memelihara
segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat, sambil tetap bertopang pada jiwa
dan cita-cita ideal Islamnya.
e) Secara
keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum tersebut hendaknya tidak
bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan.
f)
Hendaknya kurikulum itu realistik.
g) Hendaknya
metode pendidikan/pengajaran dalam kurikulum itu bersifat luwes.
h) Hendaknya
kurikulum itu efektif.
i)
Kurikulum itu hendaknya memperhatikan pula tingkat perkembangan siswa yang
bersangkutan.
j)
Hendaknya kurikulum itu memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islami.
Adapun ciri-ciri kurikulum
pendidikan islam Menurut Al Syaibani bahwa Kurikulum pendidikan Islam
seharusnya mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
a) Kurikulum
pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak.
b) Kurikulum
pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeruluh aspek pribadi
siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan rohani.
c) Kurikulum
pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat,
dunia dan akhirat;jasmani, akal dan rohani manusia.
d) Kurikulum pendidikan
Islam memperhatikan juga seni halus.
e)
Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan-perbedaan kebudayaan.
B.
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum dalam perspektif Islam
Terlepas dari perbedaan
pendapat dikalangan cendikiawan muslim tentang konsep dan batasan pembaruan,
sesungguhnya pembaruan dalam islam mempunyai watak dan karakteristik
tersendiri. Gagasan dan ide pembaruan dalam islam muncul sebagai upaya
interpretasi kaum muslim terhadap sumber-sumber ajaran islam dalam rangka
menghadapi berbagai perubahan sosio-kultural yang terjadi dalam setiap waktu
dan tempat.[4]
Dunia pendidikan islma-pun
masuk dalam ranah pembaruan dalam islam, bagaimana pendidikan islama mampu
mencetak generasi-generasi masa depan yang lebih kompeten dalam bidang ilmu
pengetahuan, agama, dan tekhnologi.
Banayak sekali landasan kaum muslimin untuk melakukan pembahruan dan pengembangan
dalam segala bidang, landasan yang utama adalah, al-Qur’an Surat Ar Ra’d ayat
11:
”Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.”
Firman itu secara teologis
dapat dijadikan landasan bagi pengembangan kurikulum pendidikan islam, pola
pikir dan pola sikap suatu kaum tentu akan mengalami perubahan/pengembangan.
Pengembanagan seperti itu tentunya bersifat internal. Artinya, pengembangan
dimulai dari kemauan itu sendiri untuk menghadapi situasi sosial budaya yang
ada pada masanya.
Dalam pembahasan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dalam Islam ini,
pendapatnya B.S. Wibowo sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dalam bukunya
Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, dengan mengajukan beberapa
prinsip pengembangan:[5]
Imagination;
”Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (al-Kahfi:110).
Dengan demikian kurikulum
yang dibangun harus mampu membangkitkan imajinasi jauh kedepan, baik manfaat
ilmu, maupun menciptakan teknologi dari yang tidak ada menjadi ada guna
kemakmuran manusia.
Student Centre;
Murid sebagai pusat
aktivitas. Siswa harus mandiri dalam proses belajar, inquiri adalah
sebuah program yang menekankan rasa ingin tahu peserta belajar dan menggali
dari pengalaman terstruktur yang diberikan.
Tekhnologi;
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam(tekhnologi).
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
(Al ’Alaq: 1-5)
Memanfaatkan tekhnologi belajar
Multi Indrawi, sehingga membuat anak didik senang dalam belajar.
Interventer;
Guru yang terbaik adalah
pengalaman (Ali bin Abi Thalib). Maka guru harus bisa mendesian proses
intervensi terstruktur pada peserta belajar, atau mampu mengkritisi pengalaman
belajar siswa.
Question
and Answer;
Tanya jawab.
Tidaklah kamu berfikir, bertafakkur dan bertadabur (Qur’an). Ilmu adalah
perbendaharaan, kunci-kuncinya adalah pertanyaan (Hadits). Mendorong rasa
ingin tahu dengan pertanyaan-pertanyaan dan merancang cara menjawab rasa ingin
tahu dan menemukan jawaban.[6]
”Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat
Untuk dapat memberikan
motivasi seorang guru harus memiliki motivasi yang lebih, untuk mampu mengajar
dengan tekhnik motivasi yang memotifasi
maka guru harus memiliki kemampuan menguasai tekhnik presentasi yang optimal.
Seorang ulama (orang yang
berilmu) yang tanpa amalan seperti lampu membakar dirinya sendiri (Berarti amal
perbuatan harus sesuai dengan ajaran-ajarannya). (HR. Ad-Dailami)
Puncaknya ilmu adalah
amal. Banyak lulusan sekolah merasa bingung ketika keluar dari sekolah dalam
menerapkan ilmu. Dengan demikian hendaknya guru mampu memvisualisasikan ilmu pengetahuan
pada dunia praktis, menegmbangkan aplikasi ilmu dalam berbagai bidang
kehidupan.
Pendidikan harus sesuai
dengan berbagai tingkatan usia anak didik. Untuk semua tingkatan dipilih bagian
materi kurikulum yang sesuai dengan kesiapan dan perkembangan yang telah
dicapai oleh anak didik. Dalam hal ini yang paling penting adalah tingkatan
penguasaan bahasa yang dicapai oleh anak. Hal ini memerlukan studi psikologis.
D.
Fungsi
Kurikulum PAI
1.
Bagi
sekolah/madrasah yang bersangkutan :
a.
Sebagai alat
untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang diinginkan atau dalam istilah
KBK disebut standar kompetensi PAI, meliputi fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi tamatan/lulusan, kompetensi
bahan kajian PAI, kompetensi mata pelajaran PAI (TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA),
kompetensi mata pelajaran kelas (I, II, III, IV, V, VI, VIII, IX, X, XI, XII).
b.
Pedoman untuk
mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah.
2.
Bagi sekolah/madrasah
di atasnya :
a.
Melakukan
penyesuaian.
b.
Menghindari
keterulangan sehingga boros waktu
3.
Bagi masyarakat
:
a.
Masyarakat
sebagai pengguna lulusan, sehingga sekolah/madrasah harus mengetahui hal-hal
yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam konteks pengembangan PAI.
BAB
III
Kesimpulan
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal
dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh
pendidik bersama peserta didiknya untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum juga dapat dipandang sebagai
suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
pendidikan.
Jika diaplikasikan dalam kurikulum
pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh
pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan
Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Pertimbangan-pertimbangan para ahli
pendidikan Islam dalam menentukan atau memilih kurikulum adalah segi agama
akhlak/budi pekerti dan berikutnya barulah dari segi kebudayaan dan manfaat.
Daftar Pustaka
- Majid, Abdul dan Andayani,
Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Remaja Rosda
Karya, Bandung, 2004
·
Majid, Abdul. Op., Cit.
- Ibid.
- Idi,
Abdullah. et.all, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta:Tiara
Wacana, 2006, hlm.67
- Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006
- Qomar, Mujamil. Manajemen
Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, (Surabaya:
PT. Gelora Aksara Pratama, 2007
[1] Abdul Majid,
dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Remaja
Rosda Karya, Bandung, 2004, hal. 74. b
[3] Ibid. hal.130
[4] Abdullah Idi, et.all, Revitalisasi
Pendidikan Islam, Yogyakarta:Tiara Wacana, 2006, hlm.67
[5]
Abdul Majid, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, hlm.
40-42
[6]
Ibid.,
[7] Mujamil Qomar, Manajemen
Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, (Surabaya:
PT. Gelora Aksara Pratama, 2007
No comments:
Post a Comment